Lengan-lengan
Guri
Guri
pergi mengunjungi sahabat-sahabatnya di pingir pantai. Ia membawa oleh-oleh
rumput laut yang dijemur.
Ia
mengetuk pintu rumah Caca, si kepiting abu-abu. "Caca, aku bawa rumput
laut kesukaanmu nih."
Caca
dengan gembira menyambut Guri, "masuk Guri. Waah, terimakasih ya."
"Main
yuk, Caca."
"Oke,
main bekel yuk."
Caca
mengambil bola karet dan 6 batu kecil lalu mulai bermain. Lincah capitnya
melempar bola karet dan memungut batu. Caca lalu menyerahkan bola pada Guri.
Guri mengambil bola dan mencoba melempar ke atas. Tapi bola itu melekat kuat di
lengan Guri.
"Guri,
dilempar dong bolanya."
"Duh,
Ca, nempel ni. Uuuh.."
PANG
PONG
BRUK
PRANG!!
"Ya
ampun! Guci kesayanganku!" Caca berlari menyamping dan memunguti pecahan
guci berwarna kuning tersebut. Wajahnya nampak sedih. Guri merasa bersalah,
"maaf, Ca. Aku tidak sengaja.." Tapi Caca hanya diam.
"Ya
sudah, aku pulang saja ya, Ca.." Guri keluar dari rumah Caca dengan sedih.
Guri
lalu pergi ke rumah temannya yang lain, Selly si Tiram hijau.
"Selly,
aku bawa rumput laut kesukaanmu, nih."
Selly
menyambut gembira kedatangan Guri. "Masuk Guri, sudah lama tidak
bertemu."
"Main
yuk, Selly."
"Boleh,
main petak umpet yuk."
Selly
bersembunyi di balik pasir sementara Guri menghitung.
"Sembilan
belas..Dua puluh!"
Guri
mulai mencari Selly. Dia mencari di belakang sofa, di balik lemari, namun tidak
ketemu.
Guri
lalu melihat cangkang hijau Selly di timbunan pasir, ia diam-diam mendekat.
"Ketemu!"
Guri menepuk cangkang Selly.
Namun
lengan Guri menempel pada Cangkang Selly.
"Guri,
lepas dong."
"Duh,
Selly, nempel ni. Uuuh.."
POP
BRUK
PRANG!!
"Piring
buahku!!"
Selly
melihat piring cantik kesayangannya yang pecah dengan sedih. Air mata menetes
dari balik cangkangnya.
"Maaf
Selly, aku tidak sengaja.." Tapi Selly hanya diam.
"Ya
sudah, aku pulang ya.."
Di perjalanan
pulang, Guri berjumpa dengan Kakek Penyu.
"Lho,
Guri, kenapa wajahmu nampak sedih?"
"Aku
tak sengaja memecahkan guci Caca dan Piring Selly, Kakek Penyu.."
"Kenapa
bisa?"
"Lengan-lengankuku
menempel terus." Guri memang memiliki delapan lengan dengan penghisap.
"Semakin gugup, makin menempel kencang, Kakek.." Guri bercerita
dengan sedih.
Kakek
Penyu hanya mengangguk-angguk dan melanjutkan perjalanannya. Guri makin sedih,
mengira Kakek Penyu tidak peduli padanya.
Keesokannya,
pintu rumah Guri di terumbu karang diketuk. Ia sangat kaget saat membuka pintu.
"Caca dan Selly? Kukira kalian tak mau bermain denganku lagi.."
Caca
mengibaskan capitnya, "tidak Guri. Kemarin Kakek Penyu menemui kami, dia
bilang lenganmu memang punya lubang penghisap."
"Iya,
Guri. Kami mau main denganmu lagi, kan kamu tidak sengaja." Ujar Selly.
Mata
Guri berlinang air mata, "terimakasih ya teman-teman."
"Tapi.."
Caca dan Selly berkata bersama-sama.
"Ya?"
tanya Guri.
"Kalau
main di rumah kami, kamu pakai sarung lengan ini ya. Kakek Penyu membuatnya
kemarin, lihat jumlah lengannya ada delapan seperti jumlah lenganmu."
Guri
merasa terharu dan memeluk Caca dan Selly, "terimakasih Caca, Selly.
Terimakasih juga Kakek Penyu."
"Umm,
Guri. Lenganmu menempel di capitku." kata Caca.
"Dan
cangkangku." sahut Selly.
"Ya
ampun! Aku lupa pakai sarung lengan!" teriak Guri.
Dan
ketiga sahabat itu pun tertawa.
***
Cerita ini diikutsertakan untuk Lomba Cerpen Anak yang diadakan Winner Class
wah, keren, ceritanya menjadi pemenang lomba. Di sela-sela kesibukan mengurus anak, mbak bisa membuat cerita bagus. ^^
BalasHapusSalam kenal, Mak ^^
Terimakasih Mak :D Alhamdulillah, yang lain juga pada buat cerita yang bagus-bagus, bahkan ada yang menyisipkan hal ilmiah, keren :D ini ngetiknya pakai hp, mak. kalau pakai laptop direcokin anak :D jadi nunggu tidur dulu baru dicopy ke laptop. Nulis cerita, itu mirip seperti nyetir mobil, mak menurut saya, harus sering-sering latihan agar lancar :D
Hapuswow mak... ceritanya keren banget :)
BalasHapusgimana nih mak supaya ide tetep lancar untuk bikin cerpen anak?
Alhamdulillah, yang lain juga bagus-bagus :D kalau ide, saya dapat pas berinteraksi dengan anak malah mbak pipitta :D
Hapus